Minggu, 15 Januari 2012

Problem Based Learning


Pembelajaran Berbasis Masalah
A.      Pengertian
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu siswa memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi siswa, dan memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada siswa, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar siswa. Siswa menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada siswa untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada siswa untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, siswa lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional, siswa lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran vang, melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari siswa, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan pelatihan atau pendidikan formal yang berkelanjutan.
B.  Ciri-ciri Khusus Pembelajaran Berbasis Masalah
Ø Pengajuan pertanyaan atau masalah
Ø Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Ø Penyelidikan autentik
Ø Menghasilkan produk dan memamerkannya
Ø Kolaborasi
C. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah
Ø Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah.
Ø Belajar peranan orang dewasa yang autentik.
Ø Menjadi pembelajar yang mandiri.

Pendekatan pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan oleh guru dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Persiapan:
Menyusun masalah yang akan dijadikan titik pangkal (starting point) pembelajaran. Masalah dipilih yang penting dan relevan bagi siswa, serta membutuhkan penerapan gagasan atau tindakan yang terkait dengan atau mengarah pada bahan pelajaran.
2. Orientasi (pengenalan):
a. Menyajikan masalah di kelas.
b. Membangkitkan ketertarikan atau rasa ingin tahu siswa pada masalah.
c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami situasi atau maksud masalah.
3. Eksplorasi (penjelajahan):
Memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah dengan strategi yang diciptakan sendiri oleh siswa. Masalah boleh dipecahkan siswa secara pribadi atau dalam kerjasama dengan siswa lain. Guru memberi dukungan bagi usaha mereka, misalnya dengan menjadi pendengar yang penuh perhatian atau memberi bantuan atau saran sejauh diperlukan.
4. Negosiasi (perundingan):
Mendorong para siswa untuk mengkomunikasikan dan mendiskusikan proses dan hasil pemecahan masalah, sehingga diperoleh gagasan-gagasan atau tindakan-tindakan yang dapat diterima oleh komunitas kelas.
5. Integrasi (pemaduan):
a. Memandu siswa untuk merefleksikan proses pemecahan masalah.
b. Mengidentifikasi dan merumuskan hasil-hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pemecahan masalah.
c. Mengkaitkan hasil-hasil belajar itu dengan pengetahuan sebelumnya, sehingga tersusun jaringan/organisasi pengetahuan yang baru.


Contextual Teaching Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Dari konsep minimal tiga hal yang terkandung di dalamnya. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat tujuh komponen penting dalam pembelajaran menggunakan CTL yaitu konstruktivisme, menemukan (inquiry), bertanya (questioning),masyarakat belajar, pemodelan,refleksi (reflection), penilaian yang sebenarnya (authentic assesment).
Konstruktivisme
Para ahli konstruktivis mengatakan bahwa ketika siswa mencoba menyelesaikan tugas-tugas di kelas maka pengetahuan matematika dikonstruksi secara aktif (Tim MKPBM 2001 hl.71). Dalam kelas konstruktivis, seorang guru tidak mengajarkan kepada anak bagaimana menyelesaikan persoalan namun mempresentasikan masalah dan mengencourage (mendorong) siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan. Ketika siswa memberikan jawaban, guru mencoba untuk tidak mengatakan jawabannya benar atau salah. Namun guru mendorong siswa untuk setuju atau tidak setuju kepada ide seseorang dan saling tukar menukar ide tentang sesuatu yang sesuai dengan akal nya. Pada kelas konstruktivis, siswa diberdayakan pengetahuannnya yang ada dalam diri mereka, berbagi strategi, penyelesaian debat antar mereka, berfikir secara kritis tentang cara terbaik dalam menyelesaikan setiap masalah.
 Menemukan (Inquiry)
Metode inkuiri ini dapat dirancang penggunaannya oleh guru menurut kemampuan siswa atau menurut tingkat perkembangan intelektual siswa. Sifat  aktif dan rasa ingin tahu yang besar dari siswa untuk terlibat dalam suatu situasi secara utuh dan reflek terhadap sesuatu proses dan hasil-hasil yang ditemukan merupakan potensi dan pendukung untuk menerapkan metode inkuiri dalam pembelajaran.
Metode pembelajaran inkuiri, menurut Erman Suherman (2001), terdiri dari empat tahap yaitu:
1.      Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan, teka-teki, dan lain-lain.
2.      Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menentukan prosedur mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang diperlukannya untuk memecahkan pertanyaan atau masalah. Siswa bekerja sendiri-sendiri atau berkelompok.
3.      Siswa menghayati tentang pengetahuan yang diperolehnya dengan inkuiri yang baru dilaksanakan.
4.      Siswa menganalisis metode inkuiri dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan metode umum yang dapat diterapkannya ke situasi lain.
Batasan pendekatan inkuiri adalah kegiatan penemuan yang dilakukan siswa sendiri mulai dari merumuskan masalah, mengumpulkan data/informasi, menganalisis, menyajikan hasil dalam bentuk tulisan, gambar, tabel, dll, serta mengkomunikasikannya kepada pihak lain
Bertanya (Questioning)
      Satu hal yang terpenting dalam pembelajaran kontekstual adalah bertanya (questioning) . Dalam kenyataannya mengajukan pertanyaan atau bertanya adalah pusat aktivitas dalam sebagian besar strategi belajar mengajar dan dalam prosedur hasil belajar . Strategi bertanya dapat bermanfaat dan digunakan dalam mempertemukan sejumlah tujuan belajar yang banyak dan bervariasi baik dalam strategi pembelajaran berkelompok maupun pembelajaran secara individual. 
Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya dapat digunakan untuk hal-hal berikut, yaitu:
a.         Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis
b.        Mengecek pemahaman siswa
c.         Membangkitkan respon kepada siswa
d.        Mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa
e.         Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
f.         Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
g.        Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
h.        Menyegarkan kembali pengetahuan siswa

Masyarakat belajar
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasi belajardiperoleh dari hasil kerjasama dfengan orang lain, baik melalui perorangan maupun kelompok orang, dari dalam kelas,sekitar kelas, di luar kelas, di lingkungan sekolah, lingkungan rumah, ataupun di luar sana. Dalam pelaksanaan CTL gurudisarankan untuk membentuk kelompok belajar agar siswa membentuk masyarakat belajar untuk saling berbagi,membantu, mendorong, menghargai, atau membantu.

Pemodelan (Modeling)
Pemodelan dalam hal ini dimaksudkan sebagai media atau alat pembelajaran yang digunakan guru dalam mengkaitkan materi pelajaran dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar. Pemodelan akan lebih mengefektifkan pelaksanaan CTL untuk ditiru, diadaptasi, atau dimodifikasi. Dengan adanya model untuk dicontoh biasanya konsep akan lebih mudah dipahamiatau bahkan bisa menimbulkan ide baru. Pemodelan dalam matematika, misalnya mempelajari contoh penyelesaiansoal, penggunaan alat peraga, cara menemukan kata kunci dalam suatu bacaan, atau cara membuat skema konsep. Pemodelan tidak selalu oleh guru, bisa juga oleh siswa atau media lainnya.(Suherman, 2001)

Refleksi (reflection)
Refleksi adalah berpikir kembali tentangmateri yang baru dipelajari, merenungkan kembali aktivitas yang telah dilakukan, atau mengevaluasi kembali bagaimanabelajar yang telah dilakukan. Refleksi berguna untuk evaluasi diri, koreksi, perbaikan, atau peningkatan diri. Membuat rangkuman, meneliti dan memperbaiki kegagalan, mencari alternatif lain cara belajar (learning how to learn), dan membuat jurnal pembelajaran adalah contoh kegiatan refleksi.Refleksi digunakan pada saat akhir pelajaran,yang merupakan respon terhadap kejadian atau kegiatan proses pembelajaran.
Realisasinya  dapat berupa:
a.Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh siswa hari itu
b.Catatan atau jurnal di buku siswa
c.Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
d.Diskusi
e.Hasil karya

Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)
Salah satu kegiatan penting dalam persiapan pembelajaran sebuah materi atau topic adalah menentukan tujuan dan ujung kegiatan intinya adalah mengukur apa yang telah dipelajari siswa melalui kegiatan penilaian (TIM MKPBM, 2001 hl. 186). Assesment adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif berkenaan dengan seluruh aktivitas pembelajaran, meliputi proses dan produk belajar sehingga seluruh usaha siswa yang telah dilakukannya mendapat penghargaan. Hakekat penilaian yang diwujudkan berupa nilai yang merupakan penilaian atas usaha siswa yang berkenaan dengan pembelajaran, bukan merupakan hukuman. Penilaian otentik semestinya dilakukan dari berbagai aspek dan metode sehingga objektif. Misalnya membuat catatan harian melalui observasi untuk menilai aktivitas dan motivasi, wawancara atau angket untuk menilai aspek afektif, porto folio untuk menilai seleruh hasil kerja siswa, tes untuk menilai tingkat peguasaan siswa terhadap materi bahan ajar

DAFTAR PUSTAKA

Suherman, Erman. (2001). “Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Matematika”.Educare : Jurnal Pendidikan dan Budaya.
TIM MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika.(2001) “Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer”. Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar